Diriku Ini Hamba Alloh=Diriku Ini Tidak Pantas Berbangga-Bangga

Engkau saudaraku karena kita sama2 muslim.saudara artinya setara,tak ad yg perlu dilebih-lebihkan salah satu krn SOMBONG SE-ZARROH SJ BISA MERASAI API NERAKA.. Kita sama2 HAMBA ALLOH…tak ada yg perlu merasa dilebih-lebihkan. Keimanan dan ingin merasa HARUS BAIK, HYA BERLAKU UNTUK TUJUAN LILLAHITA’ALA… Jgn mencari banding2an amal bila kita blum siap unt IKHLAS.  BEKERJALAH DAN MENGHAMBA LAH HANYA UNT ALLOH.JGN SIBUKKAN DG MMIKIRKAN POTENSI ORG LAIN!

Kemenangan…

ALLOOHU AKBAR!!!ALLLOOHU AKBAR!!!ALLOOHU AKBAR…WALILLAHILHAM…!!!

Subhanallooh walhamdulillah…
Takbir telah berkumandang…
Tak terasa besok bukanlah Ramadhan lagi. Banyak yang mengatakan esok adalah hari kemenangan,tapi kemenangan eksplisit karena secara lahiriah kita memang berpuasa. Kemenangan yang sejati hanya di sisi Alloh yang Maha menyaksikan kita selama ini. Namun,janganlah lantas berpikiran tak pantas bersiap untuk esok dgn berbahagia.Pikirkanlah dan siapkanlah dengan zuhud… Sesaat mungkin kita agak sebal dengan masalah kecil yang muncul tiba-tiba. Tapi ingatlah seberapa besar kita bersikukuh saat Ramadhan untuk menentramkannya…

Di detik dimana setan yang dibelenggu,insyaAlloh dilepaskan,,ada baiknya hati kita tetap siaga dengan iman,sabar,ikhlas yang selalu kita perkokoh saat Ramadhan. Mari kita ingat sabda Nabi Agung Saw.,tentang amal perbuatan,bahwa amal perbuatan yang paling dicintai Alloh Swt. adalah amal yang walaupun sedikit tetapi dilaksanakan secara kontinyu (ikhlas dan loyal).
Senantiasa ingat akan Alloh,Sang Maha Pemilik Hati..

Wahai Sobat,yang insyaAlloh dirahmati Alloh,habis sudah Ramadhan tahun ini… Bila kita flash back ke masa 30 hari sebelumnya,betapa mantapnya kita persiapkan segala persiapan untuk menyambut Ramadhan… Ruhiyyah selalu terketuk melaksanakan kebajikan dan hal ma’ruf lainnya selama itu..

Wahai Sobat,yang insyaAlloh surga telah menanti kedatanganmu,,saat Ramadhan,kita berlomba-lomba mengisi hari dengan ibadah kepada-Nya.. Atau mungkin bahkan kita lupa menandai agenda ibadah yang telah kita siapkan sebelum Ramadhan karena kesibukan..
“insyaAlloh,insyaAlloh,dan insyaAlloh,,diri ini tetap istiqomah,”begitu hati kita berkata. Kini Sang Bulan penuh rahmat,ampunan,dan pembebas dari api neraka telah berakhir…

Wahai Sobat,yang insyaAlloh tetap setia dengan kebajikan,,benar memang hati ini sakit…sakit akan kepergian Sang Bulan.. Mungkin di saat inilah kita tak mungkin menunjukkan air mata di hadapan kerabat dan sanak saudara yang bahagia bersilahturahim atau sdg bersiap untuk hari Ied esok. Kita takut bila Ramadhan ini yang terakhir.. Kita takut tak disampaikannya napas kita di bulan Ramadhan-Nya di tahun2 mendatang.. Kita takut apakah kebajikan selama Ramadhan meluruhkan dosa dan mencukupkan beratnya amal kebaikan di hari penghisaban nanti.

Ya Robb,Tuhan Yang Maha Pengampun,ampunilah segala dosa-dosa kami,besar maupun kecil,selama hidup ini.. Selamatkanlah kami di dunia dan akhirat,serta jauhkanlah kami dari neraka-Mu.. Jadikanlah kami termasuk panji-panji Penegak Agama-Mu di muka bumi ini..

Ya Robb,Yang Maha penyayang,,tegarkanlah iman dan taqwa kami di jalan-Mu.. Jadikanlah keistiqomahan berada di Ad-Dien-Mu hingga akhir hayat ini mendarah daging,seperti Mujahid ‘Amar bin Yassir r.a.

Ya Robb,Yang Maha Lembut,lembutkanlah hati-hati keluarga kami dan kaum muslimin terhadap besarnya rahmat-Mu kpd Islam yang kaffah agar mereka bs turut memperjuangkan agama-Mu di muka bumi ini..

Ya Robb,Yang Maha mencintai,,sampaikanlah kami pada Ramadhan tahun2 mendatang..dan jadikan kami sll siap untuk mendapatkan Lailatul Qadr -Mu..
Rabbana arinal haqqa haqqan warzuqnat tiba’ah,wa arinal bathila bathilan warzuqna ijtinabah.

Alloohumma amiiin…

####
KEEP ISTIQOMAH,KEEP HAMASAH,KEEP FASTABIQUL KHOIROT!!!

Who is a Leader?

Integritas optimal, amanah, daya saing kompetitif, dan fleksibilitas handal adalah hal sulit bagi calon The Winner meraihnya! Tetapi hanya yang berasaskan loyalitas dalam berkarya adalah The Winner sebenarnya!

Untuk ini, seorang muslim berkomitmen SUKSES karena ia diajarkan loyality as a basic oleh agama..

Allohu Akbar!!!!!

Media sosial saat ini layaknya peti harta karun dan medan pertempuran. Dari situ bermunculan ide-ide unggul terselubung, gudang informasi ter-up to date, sampai-sampai hal terprivasi bagaimana pun dapat diketahui dengan mudah; inilah sumber polemik alias kiasan medan tempurnya.

Di era global seperti ini seorang pemimpin harus menyadari dan menyusun langkah dan kebijakan apa yang harus ditempuh untuk mengimbangi alur maju globalisasi. Untuk itu, pemimpin idealnya memang harus punya modal primer, yaitu disegani dan ‘disenangi’ oleh pegawainya (dalam hal positif); terpenting di sini adalah amanah dan loyal sehingga pegawainya tetap percaya dan dapat dipercaya. Jika sudah memenuhi, pikirkan langkah sekundernya, pemimpin harus cerdas, gesit, dan inovatif terhadap hal atau pengaruh dari luar, baik yang bersifat mendukung atau menjatuhkannya.

Media sosial, seperti jejaring sosial Facebook, blog web, / situs pengoneksi antarsosial lainnya memiliki kelebihan, yakni ‘bebas’. Ia bersifat informan layaknya koran tapi digital dan bisa selalu ter-up date tiap detiknya. Untuk itu, pemimpin dapat memanfaatkannya sebagai ‘mitra’ distributornya sesuai ranah yang ditetapkan sehingga informasi hasil produksi dalam hal pemasarannya langsung tepat target.
Selain itu, apabila suatu ketika, keberadaan media sosial tersebut ternyata membuat merah muka pemimpin, selayaknya lah pemimpin tegas mengambil sikap tapi bijak dan bahkan transparan bila diperlukan. Tak usah khawatir dengan tak adanya pendukung kita saat kita sebagai pemimpin itu jatuh sebab kita telah bermodal orang-orang kepercayaan, baik itu pegawai maupun mitra, yang berjumlah besar tadi.
Yang penting, mengakui dan bertanggung jawab bila memang salah, tanpa terbesit untuk selalu menang karena pemenang sebenarnya adalah yang zuhud.

Loyalitas dalam Islam??? Ada dan ‘Musti, dong…’!!!

 Alhamdulillah, udah memulai lagi… ^^

Apa itu loyalitas? Kenapa ada orang yg sering mengungkapkannya untuk suatu misi yang ia emban?

Karena tanpa loyalitas dalam diri, seseorang baru menunjukkan,” Betapa angkuhnya dia…”

Loyalitas itu seperti sebuah tanggung jawab untuk setiap amanah/kepercayaan/ pekerjaan, yang dilandasi kesetiaan dengan kesadaran optimal tanpa mengharap imbalan.

Loyalitas selalu menjadi pra sayarat implisit yang dibebankan bagi tiap pekerja di setiap instansi atau lembaga atau bentukan kelompok semiformal masyarakat. Tanpanya, bisa-bisa setiap pekerjaan atau kepercayaan yang ia emban, terlaksana setengah-setengah dan kadang kala hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dampaknya, banyak macam..! Untuk perusahaan atau industri, pegawai seperti itu langsung diberhentikan karena terlibat kasus suap, korupsi, kolusi, atau nepotisme… Untuk ormas, biasanya lebih parah lagi dampaknya, terkucilkan secara sosial!! Gara-garanya, membocorkan informasi, curang, atau ternyata menjadi kambing hitam. Kalau sudah begitu, hidup pun serasa bukan manusia karena tidak lagi menjadi makhluk sosial…

(Mungkin tahu sendiri,lah…,,kalau itu sampai terjadi pada seorang pemimpin…[tak bermaksud menyinggung kelompok, individu, atau ‘tikus2 rakus’]^)

Dalam Islam sendiri,loyalitas telah tertuang dgn sendirinya pada keenam Rukun Iman.

1. Beriman kepada Allooh Swt.
2. Beriman kepada Malaikat-malaikat
3. Beriman kepada Kitab-kitab
4. Beriman kepada Rasul-rasul
5. Beriman kepada Hari Kiamat
6. Beriman kepada Qada dan Qadar

Hal ini demikian sebab keenam Rukun Iman tersebut hakikatnya harus dilaksanakan dengan tulus ikhlas dan secara terus menerus (setia). Bila hanya ikhlas dan dilaksanakn sebntar,menurut Imam Al Jauziyah dalam kitab Al Hikam,berarti ia adalah seorang yang bosan karena pada awalnya ia melakukan dengan terpaksa.

Dalam hadits riwayat Muslim,
Rasulullah Saw. pun bersabda tentang loyalitas dalam agama:
“‘Agama adalah keikhlasan (kesetiaan dan loyalitas).’ Kami lalu bertanya,’Loyalitas kepada siapa,Ya,Rasulullah?’ Rasulullah menjawab,’Kepada Alloh,kepada kitab-Nya (Al-Quran), kepada Rasul-Nya,kepada pemimpin kaum muslimin,dan kepada rakyat awam.'”

Sang Ibu para Sufi pun,Rabi’ah Al ‘Adawiyyah,pernah berkata dalam syair beliau,kurang lebih seperti ini:
Ya Alloh,bila aku menyembah-Mu karena takut akan neraka,maka bakarlah aku di dalamnya. Bila aku menyembah-Mu untuk mendapatkan surga-Mu,maka campakkanlah aku darinya. Jika aku menyembah-Mu karena Engkau,maka janganlah Engkau perlihatkan wajah-Mu yang agung dan abadi padaku.

Subhanalloh,,siapkah kita untuk menyatakan demikian kepada Alloh Swt. seperti ibu Rabi’ah Al ‘Adawiyyah???

Menurut ana,jika kalian bertanya apa itu cinta sejati, maka jawabannya tidak lain adalah minimal seperti cinta ibu Rabi’ah Al ‘Adawiyyah kepada Robb-nya.
Bila cinta sejati yang secara maksimalnya,tidak lain adalah seperti cinta Rasulullah kepada Alloh Swt. Beliau adalah manusia paling takwa dan yang paling takut kepada Alloh Swt.,rela dengan seluruh jiwa dan raga beliau dan apapun di sekeliling beliau yang beliau cintai demi menempuh jalan kenabian yang diamanahkan kepada beliau. Beliau lah orang yang paling loyal dalam melayani dan mengabdi kepada Alloh Swt.

Saudaraku,yang insyaAlloh dirahmati Alloh Swt.,ada apa dengan kita yang tiap harinya menunaikan ibadah dan amanah dengan hati yang terbelah antara dunia dan akhirat…? Bukankah segala nikmat yang secara kasat mata(duniawi) telah sering kita dapatkan? Pernahkah minimal kita berucap alhamdulillah saat bangun tidur, sebagai ungkapan rasa syukur kita atas napas gratis tanpa alat inhaler?

Ayo kita merenung…
Seberapa loyal kah ruh kita kepada Alloh Swt. …

InsyaAlloh,bila loyalitas kepada Islam ini telah tertancap di ruhiyyah kita,, pastilah inner beauty dari diri ini terpancar dan membuat dunia dengan sendirinya akan tunduk di genggaman tangan kita… Kenapa tunduk di tangan( di genggaman tangan)? Karena di hati telah terisi penuh dengan cinta kepada Alloh Swt. yang tidak mungkin terlepas karena ia dijaga Alloh di dalam hati.Dan apabila yang di tangan itu terlepas,sekali-kali,tak ada kecewa,sesal,maupun ambisi..

Itulah prinsip shahabat Nabi Saw.tentang dunia dan seisinya,insyaAlloh…
“Jadikan Akhirat di relung hati…
Dan jadikan dunia di genggaman tangan…”

Let’s prove that Islam is Rahmatan Lil ‘Alamin!!!

Belajar

Hidup menurut The Narjo’s adalah

“berbekal ilmu akhirat, sukses dunia dan akhirat”

Kehidupan itu belajar dari sejarah. Semakin banyak manis asin kehidupan, makin asam lah kehidupan. Maksudnya, apabila seseorang telah melalui kemudahan dan kesulitan dalam hidupnya, niscaya dia akan lebih matang menghadapi realitas. Pasalnya, setiap orang memiliki andil sendiri dalam pengaturan hidupnya (bila ditinjau secara riil); akan tetapi seseorang jangan sampai melupakan ke-ukhrawi-annya dalam menjalani kehidupan. Manusia bebas melakukan apa saja asal tetap dalam ‘wilayahnya’. Tanpa bermodal agama, manusia menjadi terkungkung dalam situasinya. Dia bisa terlalu bahagia dalam kesenangan atau terlalu sedih dalam kesulitan.

Islam mengajarkan yang baik, dengan baik, dan untuk kebaikan… Semua berawal dari niat..

to be continued

Gagal-

Gagal itu bagian dari kehidupan, suatu ketetapan yang haq dari Allah Swt. atas tiap makhluknya.

Seorang balita akan bisa berjalan apabila ia telah melalui proses kegagalan berdiri, seekor burung kecil tidak akan bisa terbang sebelum ia telah melewati fase-fase kegagalan dalam pengepakan sayap..

Banyak hal menakjubkan yang tidak kita sadari, berawal dari kegagalan. Kegagalan sendiri secara garis besar terdefinisi sebagai suatu keadaan tidak menyenangkan yang terjadi dalam proses pengembangan diri seseorang untuk menjadi lebih baik (ingat, yg namanya keadaan, bisa diubah).

Hakikatnya, seorang yang sedang berusaha pasti akan terancam dengan kegagalan.Orang sering bertanya,

“Bagaimana menghindari kegagalan atau rasa sedih akibat kegagalan?”..

Prepare your self before the match, siap menang 30%; siap gagal 70%->insyaALLAH itu jawabnya.

Lantas,

“Bagaimana dengan seseorang gagal yang belum preparing sebelum pertandingannya ?? “;

jawabannya:

“Tanyakan pada dirinya sejujur-jujurnya, apabila ia menduduki posisi sukses yg ia dambakan, beranikah ia mengambil resiko sebagai orang besar, yg selalu mndapat ujian iman lebih besar drpd seseorang berderajat lebih rendah di bawahnya atau yg selalu mendapat lawan selain kawan?? Sudahkah kejujuran dan keprofesionalitasan bersaing telah menjadi bagian dari dirinya selama ini??Sudah banyakkah pengalamannya atas itu??”

Jika jawabannya belum, berlatih dulu dalam posisi kekalahannya saat ini adalah lebih baik untuk menjadi pemenang di masa datang (terus berusaha, jgn putus asa)

Jika jawabannya sudah, berarti ia paham tentang hakikat hidup selama ini. Menjawab pertanyaan di atas tidaklah mudah. Seseorang yang mendapati jawaban sempurna atas pertanyaan tsb dalam dirinya, insyaAllah ia seorang yang berjiwa besar, yang tetap fokus pada tujuan dan ikhlas dalam menjalani hidup. Dan tahukah Anda, bahwa orang seperti inilah yang sebenarnya mendapat rahmat dari Tuhan-nya. Ia tetap menjaga amanah seorang hamba dan khalifah di bumi ini. Ia paham bahwa hidup itu benar2 tempat singgah yang sementara sekaligus lahan subur untuk menanam modal amalan baik. Karena itu, orang cerdas yg seperti inilah yang menjadi harapan dunia dan akhirat(surga).

_______________________________________________________________________________

Gagal itu anugerah.. Betapa tidak-menyadarinya orang yang benci menerimanya, bahwa ia baru saja memprotes suatu ketentuan tentang:

1. penjagaan iman dirinya dari degradasi iman apabila ia tidak gagal,

2. penyelamatan dirinya dari musibah yang dpt ia peroleh apabila ia tidak gagal,

3. kenaikan derajat imtaq dirinya, yang bisa tidak ia dapatkan bila ia tidak gagal,

4. rahmat Tuhan-nya dalam bentuk ‘kegagalan’ bagi dirinya; ia tidak akan dpt rahmat bila ia tdk gagal.

Keberanian Hidup

Bismillahirrohmanirrohim..

Pernahkah kita menjawab tantangan hidup yang selalu menuntut hidup untuk selalu sejalan-seirama dengan apa yang terjadi di dunia ini??

Mungkin terlintas di benak kita, untuk apa kita berjalan di muka bumi, untuk apa kita diberi indera ini, untuk apa kita diberi akal ini, untuk apa kita diberi rasa ini…Hakikat zuhud, insyaALLAH ada sangkut paut dengan ini. Bayangkan kata-kata->Tidak terlalu sedih saat kesusahan, tidak terlalu senang saat mendapat kebaikan.

Itu berarti (menurut pandangan saya), manusia harus netral/sedang-sedang saja. tapi, untuk apakah segala keindahan di dunia ini??? itu semua ujian yang bila diimplementasikan seperti ‘kesusahan’ dalam bentuk kedua.

bingung?artinya kesenangan dan kesusahan itu sama tingkatannya, dan  benar-benar harus bisa dihadapi tanpa berpaling dari prinsip hidup kita. Kebanyakan, analogi untuk prinsip hidup ini diambil dari dasar agama yang dianut oleh tiap personal. Karena, sejak kita lahir, satu hal yang merupakan identitas kedua –setelah berpredikat sebagai anak ayah dan ibu kita adalah agama ( dalam hal ini, agama ditilik secara umum, biasanya anak baru lahir mewarisi agama sama yang dianut oleh kedua orangtuanya; kecuali untuk beberapa fakta, ada kedua orangtua beda agama -lain lagi analoginya ).

Setelah tumbuh dewasa dari melalui tahap-tahap kehidupan, kita mulai mengenal baik dan buruk suatu sifat atau benda. Lalu kita mulai mengetahui arti agama yang tercantum dalam jati diri kita sejak lahir. Dari situ kita juga mulai tahu, bahwa hidup itu pilihan. Pilihan yang abstrak. Abstrak ini seperti begini-> kadang kita dihadapkan oleh dua atau lebih pilihan di depan kita dan suatu ketetapan bahwa kadang kita awam tentang baik-buruknya semua pilihan yang harus kita pilih salah satunya tersebut. Dari situ, agama jadi tempat pengadilan atas dasar keyakinan kita. Yang jelas, agama itu baik semua, tidak mengajarkan untuk menyulitkan penganutnya, insyaALLAH.

to be continued…